Minggu, 01 November 2009

Haruskah Kau Lepas Jilbabmu hanya Karena Kontes Murahan Itu…?

Sekitar dua tahun yang lalu, saya mendapat undangan untuk menghadiri pertemuan diskusi dengan salah satu tokoh pendidikan, seorang Doktor lulusan salah satu Universitas terkemuka di USA. Ada banyak hal yang ia bicarakan. Ia memfokuskan bahasan bahwa seseorang itu harus terlepas dari belenggu agar dirinya bisa berkembang. Setelah itu, sang Doktor pun bertanya kepada salah satu mahasiswi berjilbab, yang juga diundang dalam acara tersebut.

(+) Sang Doktor bertanya, “Kalau kamu berpacaran dan mencintai seorang laki-laki, tetapi ketika ingin menikah, orang-tuamu melarangnya, MANA yang akan kamu ikuti? Orang tuamu… atau pacarmu…?

(-) Mahasiswi: “Saya akan mengikuti nasehat orang tua saya”

(+) Doktor: “Mengapa?”

(-) Mahasiswi: (kaget dengan pertanyaan ini sehingga menjawabnya dengan terbata-bata) “mmm…lho…. ya… kan… saya harus berbakti kepada orang tua…. yang…. telah mendidik saya sejak kecil….

(+) Doktor: “Kalau begitu (mengikuti orang tua-ed), itu namanya BELENGGU”

Itulah kurang lebih percakapan yang saya tuliskan ulang secara makna.

Semoga Allah merahmati mahasiswi tersebut yang fitrahnya masih sehat, yang masih memiliki rasa cinta dan terima kasih kepada kedua orang-tuanya yang telah merawatnya sejak kecil hingga dewasa kini, yang rasa cinta kedua orangtuanya tersebut TIDAK MUNGKIN TERTANDINGI OLEH CINTA SEORANG MAKHLUK BERNAMA LAKI-LAKI.

Masih belum puas, sang doktor berkata di hadapan kami semua (saya tulis kembali secara makna),

“Kalian orang-orang Jogja ini terlalu banyak belajar! Kalau punya duit, belajarlah ke luar negeri, ke Amerika, ke Perancis, dan negara-negara yang lain! Agar pikiran kalian itu terbuka, dan tidak terbelenggu! Saya punya kawan yang sebelum kuliah di Illinois adalah orang bejat. Namun, ketika kuliah banyak bergaul dengan orang-orang Arab. Akhirnya, ia pulang ke Jakarta menjadi orang yang fanatik. Bersenang-senanglah kalian ini jika punya uang”

Allahu musta’an. Hati ini demikian terbakar, saya belum pernah dengaar ucapan seperti itu secara langsung. Namun, itu benar-benar saya dengar. Dan akhirnya, saya pun tahu mengapa ia bisa seperti itu… Karena… sang doktor tersebut adalah Juri bagi wanita-wanita malang yang ingin ikut kontes Ratu Kecantikan, sebagai jalan menuju kontes prestisius, MISS UNIVERSE…!

Bah! Saya tidak tahan. Saya pun keluar dari ruang pertemuan itu sebelum acara selesai. Apalagi, hal yang lebih mendorong saya keluaar adalah campur-baurnya acara antara laki-laki dan perempuan (ikhtilath). Dan ikhtilath ini adalah hal yang dilarang dalam Islam.

Dan kini…. hati saya menjadi sangat sedih ketika mendengar saudarinya sesama muslim yang awalnya dia berjilbab, dan tinggal di lingkungan Islam, Nanggroe Aceh Darussalam, rela melepas jilbabnya hanya karena alasan ingin mengikuti kontes Ratu Kecantikan Indonesia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun.

Ya Allah, sesungguhnya kuadukan kesedihanku yang mendalam ini hanya kepadaMu….

Namun, saya tidak heran…. Barangkali putri Aceh tersebut telah “dicuci otaknya” sehingga lupa bahwa dirinya telah melanggar aturan yang ditetapkan oleh dzat yang telah menciptakannya, Allah.

Na’am. Inilah fitnah dunia. Harta Dunia mungkin mendatangi kita dari segala arah termasuk dari arah yang haram. Dan manusia pun tertipu karena fitnah dunia tersebut.

Mungkin, banyak di antara kita yang terbuai. Namun, ingatlah wahai saudaraku, kehidupan ini hanya sebentar. Tak lama lagi kita akan mati.

Dan JIKALAU KITA BERSABAR UNTUK TIDAK MENGAMBIL HARTA HARAM SEHINGGA KITA LAPAR KARENANYA, ITU LEBIH BAIK DARIPADA KITA HARUS BERSABAR MENAHAN PANASNYA API NERAKA….

Beberapa minggu yang lalu, saya mendapat undangan lagi, sebuah pertemuan khusus yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan yang dipimpin oleh seorang yang dinobatkan diri sebagai salah satu orang terkaya di Asia, versi Majalah Forbes. Belum lagi, orang tersebut memiliki jaringan usaha di Singapore, Eropa, dan Amerika Latin. Wuuiiiihh… begitu menggoda. Apalagi undangan dikirimkan begitu privat, via telepon seluler (dan ini undangan yang kesekian kalinya). Namun, sayang acara kali ini, bertabrakan dengan “waktu shalat berjama’ah”. Aiiiih… Betapa dahsyat rayuan hawa nafsu merasuk di hati. Namun, apakah hanya karena diundang orang kaya untuk ditraining gratis kita akan mengabaikan undangan dari Allah yang Maha Kaya???

Pembaca mulia, mungkin di antara pembaca sering mengalami hal ini, atau bahkan lebih hebat dari cerita saya. namun, sekali-kali jangan kau benturkan agamu hanya karena kau ingin menginginkan dunia. Ingatlah bahwa Rasulullah bersabda,


فو الله لا الفقر أخشى عليكم و لكن أخشى عليكم أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها و تهلككم كما أهلكتهم

“Maka demi Allah, tidaklah aku khawatir bila kamu itu fakir. Akan tetapi, aku khawatir bila urusan duniamu dilapangkan sebagaimana orang sebelummu, lalu kamu berlomba-lomba mengejarnya seperti mereka. Lalu, kaamu hancur seperti mereka”

(H.R Bukhari: 2924, dan Muslim: 5261)

Na’am, kita tidak tahu. Barangkali usaha kita dilapangkan Allah sehingga kita berbangga-bangga dengannya. Namun, tiba-tiba Allah timpakan gempa bumi kepada kita sehingga harta yang telah kita raih, hancur berantakan.

Kita tidak tahu….

Senin, 12 Oktober 2009,
saudaramu, Abu Muhammad Al-Ashri
di pagi yang cerah di Wisma Misfallah Thalabul ‘Ilmi
Ditulis dalam Nasehat. Tag: Cinta, Jilbab, Kisah, Malu, Nafsu, wanita. 8 Komentar »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukan kata yg kalian cari....

pembuat blog ini

Foto saya
pekalongan, jawa tengah, Indonesia
"Sesungguhnya Islam itu berawal dalam keadaan asing (aneh), dan akan kenbali dalam keadaan asing (aneh) sebagaimana awalnya. Maka kebahagiaanlah bagi orang-orang yang asing (aneh). Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing (aneh) itu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang melakukan kebaikan selagi manusia melakukan kerusakan." [HR. Ad-daulaby] Tentang Saya: Berharap termasuk dalam hadist berikut ; "Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing (aneh), yaitu mereka yang berpegang kepada kitab Allah ketika ia ditinggalkan, dan mengetahui (mengamalkan) Sunnah tatkala ia dipadamkan." [HR. Ibnu Wadhdhah]

radio syiar sunnah

islamic menu