......JERITAN SEORANG WANITA..........
Beberapa waktu yang lalu, ketika hendak tidur ternyata sulit sekali untuk memejamkan mata. Kemudian, karena sulit untuk tidur kuambil buku di sampingku yang berjudul “Saudariku Kapan Kembali ke Jalan Tuhanmu”. Langsung ku buka dan ternyata ada sebuah kisah yang begitu memilukan. Tidak akan kutulis kisah itu secara utuh, akan tetapi cukuplah sebuah surat yang di sebutkan dalam kisah tersebut kembali aku tulis disini. Sebuah surat berisi jeritan seorang wanita. Sebuah surat yang membuat hati tersayat. Sebuah surat yang membuat merinding dan bergidik bagi setiap yang membacanya.
Surat ini kembali aku tulis dan aku persembahkan untuk para Laki-laki agar lebih bisa menghargai wanita dan menjaga kehormatannya. Kami persembahkan pula untuk para wanita agar lebih bisa menjaga kehormatan. Janganlah engkau tertipu wajah-wajah domba karena sesungguhnya mereka adalah serigala yang akan menerkammu.
Inilah kutipan surat tersebut:
“Kalaulah aku menulis kepadamu untuk memperbaiki sebuah janji yang telah tenggelam atau cinta lama, maka –demi Allah- aku tidak akan menulis satu barispun atau menggores satu hurufpun. Karena sesungguhnya aku yakinbahwa orang seperti kamu adalah seorang pengecut dan cintamu adalah cinta dusta yang berhak untuk tidak aku ingat. Aku akan sedih jika aku meminta semua itu untuk diperbaiki.
Sesungguhnya kamu mengetahui bagaimana kamu meninggalkanku, sedang dihadapanku terdapat api yang bergejolak dan sebuah janin yang bergerak-gerak.
Hatimu sedih, menyesali atas apa yang telah terjadi, dan takut terhadap masa depan, sehingga kamu tidak menghiraukanku. Kamu lari dariku supaya kamu tidak perlu membawa beban lantaran memandang dan merasakan kesengsaraan serta adzab, padahal kamulah penyebabnya, supaya tanganmu tidak terbebani untuk mengusap air mata yang telah kamu alirkan.
Maka, apakah setelah itu aku masih dapat membayangkan bahwa kamu adalah laki-laki yang mulia?? Tidak, demi Allah, tidak! Bahkan aku tidak dapat menggambarkan bahwa kamu itu adalah seorang manusia.
Sesungguhnya kamu adalah seekor serigala yang berwujud manusia, karena kamu tidak meninggalkan satu celah dari celah-celah yang ada pada jiwa ternak betina yang sendirian lagi ketakutan kecuali kamu mengumpulkannya untuk kamu jadikan mangsa.
Kamu telah menghianatiku. Kamu telah berjanji untuk menikahiku, tapi ternyata kamu mengingkari janjimu itu.
Kamu melihat hatimu dan kamu mengatakan, “Bagaimana kamu akan menikah dengan seorang wanita yang telah melakukan perbuatan zina?” Padahal, tidaklah perbuatan dosa itu terjadi, kecuali dibuat oleh tanganmu dan kebejatan jiwamu. Kalaulah tidak karenamu, tentulah aku tidak melakukan perbuatan dosa dan tidak pula aku jatuh ke dalam perbuatan nista itu.
Sesungguhnya aku telah berusaha menolakmu, namun akhirnya aku tidak berdaya menghadapi perintahmu dan aku jatuh kehadapanmu sebagaimana jatuhnya seorang anak kecil.
Kamu telah mencuri kehormatanku, sehingga aku menjadi orang hina yang besedih hati. Aku merasa berat untuk hidup, dan aku memohon untuk diperlambat datangnya ajal. Kenikmatan manakah yang masih ada bagi kehidupan seorang wanita yang masa depannya tidak dapat lagi menjadi seorang istri bagi seorang laki-laki, dan seorang ibu bagi anak-anak, bahkan tidak dapat lagi hidup di tengah-tengah masyarakat kecuali aku harus menundukkan kepala, menurunkan pelupuk mata, dan meletakkan pipi diatas telapak tangan?
Urat-uratku beegetar dan isi perutku mendidih karena takut dipermainkan oleh orang yang suka bermain-main dan ejekan orang-orang yang mengejek.
Kamu telah merampas kesenaganku dan menghancurkan hidupku. Kamu telah membunuhku dan membunuh kehormatan serta kesucianku. Bahkan kamu telah membunuh Ibu dan Bapaku, karena ibu dan bapaku telah mati dan aku menduga sebab kematian mereka adalah mereka sangat bersedih hati atas hilangnya diriku.
Kamu telah membunuhku, karena kehidupan pahit yang aku minum dari gelasmu telah merasuk ke dalam tubuh dan jiwaku, dan menjadikan aku tergeletak di atas ranjang maut seperti lalat terbakar yang akan binasa secara perlahan-lahan.
Kamu telah lari dari rumah ayahku, karena kamu tidak mampu menghadap kerumahku, ibuku dan ayahku. Kamu pergi kesebuah rumah terpencil dan hidup dengan kehidupan yang hina. Aku telah bertaubat kepada Allah, dan sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah berkenan untuk menerima taubatku dan mengabulkan doaku, serta akan memindahkanku dari kampong kematian dan kesengsaraan menuju kampong kehidupan dan ketenangan.
Aku akan mati sedangkan kamu adalah seorang pendusta, penipu dan pencuri lagi pembunuh. Aku yakin bahwa Allah tidak akan membiarkanmu begitu saja tanpa mengambil hakku darimu.
Demi Allah, aku tidaklah menulis untuk memperbaiki janji denganmu atau melamar kasih sayangmu, karena kamu tidak layak bagiku untuk diperlakukan seperti itu.
Sesungguhnya aku telah berada di depan pintu kubur dan meninggalkan kehidupan bahagia dan sengsara di dunia. Aku tidak lagi mengharapkan cintanya, dan tidak ada keluasan bagiku menikmati dunia ini.
Sesungguhnya aku menulis surat ini kepadamu hanyalah karena aku mempunyai barang titipan untukmu, yaitu putrimu.
Meskiupun rasa belas kasihan untukku telah hilang dari hatimu, namun sisakanlah sebuah kasih saying untuknya sebagai seorang ayah. Terimalah ia, ambillah untukmu supaya ia tidak sengsara seperti yang telah di derita oleh ibunya sebelumnya.”
Selasa, 10 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
masukan kata yg kalian cari....
pembuat blog ini
- Nur Rochman
- pekalongan, jawa tengah, Indonesia
- "Sesungguhnya Islam itu berawal dalam keadaan asing (aneh), dan akan kenbali dalam keadaan asing (aneh) sebagaimana awalnya. Maka kebahagiaanlah bagi orang-orang yang asing (aneh). Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing (aneh) itu?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang melakukan kebaikan selagi manusia melakukan kerusakan." [HR. Ad-daulaby] Tentang Saya: Berharap termasuk dalam hadist berikut ; "Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing (aneh), yaitu mereka yang berpegang kepada kitab Allah ketika ia ditinggalkan, dan mengetahui (mengamalkan) Sunnah tatkala ia dipadamkan." [HR. Ibnu Wadhdhah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar